Saya menulis ini untuk menguatkan tekad saya untuk hidup lebih sehat. Biasanya sesuatu yang tertulis akan lebih tertancap kuat di hati dan di kepala, sekaligus menimbulkan rasa malu jika suatu waktu melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang ditulis.
Setelah sekian lamaaaa hanya jadi wacana, akhirnya saya mencobanya beberapa hari terakhir ini. Saya ingin memulai dengan merubah pola makan. Yang mulai saya lakukan adalah dengan mulai melihat lagi beberapa akun IG yang saya jadikan panduan dalam diet sehat ini, akun yang sebenarnya sudah saya follow selama sekian lama. Untuk lebih fokus, bahkan saya membuat akun IG baru, tujuannya hanya untuk mem-follow orang-orang tersebut, dan alhamdulillah ternyata berdampak baik.
Saya termotivasi untuk memulainya sekarang juga, tidak di-“nanti-nanti”, setelah menerima sinyal tubuh yang sepertinya mulai bermasalah. Seperti irama jantung yang kadang ga beraturan (sangat jarang terjadi, tapi cukup mencemaskan), kadang ada sensasi sedikit “peureus” di dada atas bagian kiri, apa atuh ya bahasa Indonesianya “peureus” tuh, tidak jarang merasa cepat lelah letih lesu, belum lagi kulit wajah yang sangat sering berkomedo dan kering, sehingga saya menghabiskan banyak waktu untuk membersihkannya. Sementara, kalau saya ditakdirkan Allah untuk memiliki umur yang lebih panjang, saya ingin menjalani masa tua dengan sehat, tidak membebani orang lain, terutama orang-orang terdekat, dan ingin maksimal dalam beribadah.
Pada prinsipnya, makan sehat itu makan sealami mungkin. Dan beberapa prinsip lainnya, yang sebagai pemula sepertinya tidak bisa saya ceritakan semuanya. Karena saya pun melakukannya secara bertahap. Tapi, saya sendiri untuk saat ini menyimpulkan, makan sehat itu makan seperti orangtua kita makan duluuu, dimana masa itu jajanan warung belum semerajalela seperti sekarang, saus-sausan kemasan dan bumbu instan tidak dijadikan pilihan, pertanian masih jauh lebih bersih dari pestisida, para petani mengelola tanahnya secara organik. Semakin alami, semakin sehat.
Tapi untuk tahap awal ini, saya tidak ingin terlalu membebani diri dengan sesuatu yang saya tidak mampu. Yang penting lakukan dulu langkah pertama dan jangan mundur. Misalnya, sayuran yang organik tentu jauh lebih baik daripada yang tidak, namun saya tidak membebani harus makan organik mengingat barang tersebut susah didapat dan relatif mahal. Maka makan sayuran yang ada di pasar saja, dengan penanganan yang lebih ekstra, misalnya dengan merendamnya terlebih dahulu dalam larutan baking soda untuk mengurangi kandungan pestisidanya.
Saya pun tidak yang ujug-ujug anti segala jenis makanan yang dicoret dari diet makan sehat, namun saya mengurangi sebanyak-banyaknya makanan, terutama dari jenis UPF, dan alhamdulillah sejauh ini bisa mengontrol diri untuk tidak memakan makanan dari jenis ini, sesekali masih makan segigit dua gigit, menghabiskan sisa makanan anak-anak.
Lho, jadi anak-anak ga ikutan diet makan sehat? Pada prinsipnya mereka akan makan yang kita makan, mereka makan apapun yang saya masakkan. Jadi, sebelum ingin mengubah orang lain, saya harus mengubah kebiasaan saya sendiri dulu, dengan lebih rajin “nguprek” di dapur dan belanja ke pasar tradisional daripada scrolling makanan cepat saji di aplikasi grab atau gofood. Dan alhamdulillah sepekan kemarin anak-anak dominan saya bekalkan makanan sehat ke sekolah.
Alhamdulillah untuk pekan ini, semua karena pertolongan Allah. Semoga Allah mudahkan untuk pekan kedua, dan seterusnya.