Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu

Sederhana, namun mengandung kekuatan yang dahsyat, itulah yang kurasakan setiap kali membaca sebaris kalimat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ini, membuatku berani untuk bermimpi.

Percaya atau tidak, ada satu masa dalam hidupku dimana aku tidak berani bermimpi mencapai hal-hal besar yang kuimpikan saat ini. Masa dimana seluruh mimpiku terserap oleh energi pesimis dari pencitraanku terhadap diri sendiri.

Sampai seseorang membangunkanku, dan membawaku menelusuri mimpi-mimpinya yang menginspirasi. “Bermimpilah Put! Jangan takut! Bermimpilah maka mimpi-mimpi itu akan tertanam dalam alam bawah sadarmu, dan secara tidak sadar setiap tindakan yang kau lakukan akan mengarah pada tercapainya mimpi-mimpi itu”.

Dengan bekal keyakinan pada kalimat tersebut, disertai keyakinan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang sampai seseorang itu mengubah keadaannya sendiri, maka aku mulai memimpikan hal-hal yang besar.

Ketika ku masih ‘belajar’ bermimpi, maka hal-hal yang kuimpikan segalanya berbau materi. Aku hanya ingin KAYA! Berlimpah harta dan tidak pernah kekurangan uang! Karena dalam pikiranku saat itu, kekayaan materi adalah salah satu syarat tercapainya kebahagiaan.

Tapi, kebahagiaan dalam definisiku berkembang semakin luas seiring dengan bertambahnya referensi tentang makna kebahagiaan. Maka semakin beranilah aku memimpikan hal-hal yang lebih besar daripada sekedar KAYA, karena apalah makna seorang kaya jika dia tidak memberikan manfaat bagi orang-orang sekitarnya.

8 thoughts on “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu

  1. wah… akhirnya ku bisa memberikan oleh-oleh untuk mu…
    menarik, kusuka tulisanmu. bener endensor tuh ngasih inspirasi banget..
    tapi ada hal yang menarik lagi buat ku… bisa kah kau menjawabnya?

    ada sebuah dilema ketika ada peluang untuk menyamai realita dengan mimpi yang telah dibuat. tapi ternyata peluang itu tidak bisa diraih. orang-orang pasti berkata, mungkin itu yang terbaik. kita juga slalu berdoa, “allah berikan lah yang terbaik untuk ku..” dan akhirnya ia pun bimbang dengan mimpi yang tlah dirangkai.

    kenapa ya orang tuh ga kongkrit minta doanya? maksudnya kenapa ga sekalian aja sebutin apa yang kita inginkan?

    dirimu seperti itu juga ga? atau berbeda?

    hanya ingin sharing..:)

    • Yang kulakukan selama ini adalah mengusahakan yang terbaik sesuai dengan apa yang ingin kucapai.
      Mimpi2ku banyaaaaak Ya, tapi sebagian belum tercapai, karena ada sebagian mimpi yang memang harus menunggu waktu untuk diwujudkan.
      Tidak instan.
      Makanya kita perlu punya peta hidup kan? Menggambarkan apa yang ingin kita capai pada tahun sekian hidup kita.
      Jika kita menginginkan sesuatu yang spesifik, selain usaha, biasanya aku minta sama Allah to the point, “Ya Allah aku minta X!”. Tapi pada akhir doa aku pun bilang, “Ya Allah kabulkanlah (doaku sebelumnya)…(tapi, teuteup…) berikanlah yang terbaik bagiku!”
      Dan selama ini, aku merasa belum (tidak) pernah dikecewakan oleh Allah karena keinginan (baca: mimpi) yang tidak dikabulkan. Kalaupun sesuatu yang spesifik itu tidak dikabulkan, aku yakin Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Itulah cara Allah menghibur kita.

      Aku pernah ngalamin soalnya Ya.
      Oya tau ga? Aku baru kehilangan sesuatu yang amat sangat kuimpikan ketika satu hari ada pengumuman yang memberitahukan aku lulus tes asisten akuntansi. Seketika itu aku langsung bersyukur (banget), bahkan melupakan bahwa sebelumnya aku ‘kehilangan’ salah satu mimpiku.

      Panjang ceritanya….kalo kayak gini mah bisa bikin satu tulisan sendiri.

Leave a reply to gienzphantom Cancel reply